Jumat, 09 September 2011

Menikmati Seni Hijau ala Jepang

Ingin tahu seni merangkai bunga ala tradisi Jepang? Ingin memandang seni hijau yang dekat dengan lingkungan? Datanglah segera ke Pusat Kebudayaan Jepang, Sudirman, Jakarta. Puluhan anggota Ikebana Internasional dari Indonesia memamerkan karya-karya mereka. Ikebana — seni merangkai bunga tradisional Jepang telah menghipnotis ribuan orang dari berbagai benua. Ada rangkaian bunga yang aneka gaya: tegak, condong, menjulang ke atas, dan lainnya.

Ikebana untuk dekorasi, ikebana alam, ikebana tiga dimensi, dan ikebana kontemporer tampak di ruang pameran. Bahan dan alat yang dipakai antara lain: bunga-bunga, tanaman, floral tape, bambu, kawat, bebatuan, dan tali.

Jika seni merangkai bunga dari Barat bersifat dekoratif, Ikebana tampil dengan menciptakan harmoni dalam bentuk warna, linier, dan ritme. Meski tampak indah, Ikebana tidak mementingkan aspek keindangan bunga, tapi pada pengaturannya menurut garis liner. Secara filosofis, bentuk-bentik dalam Ikebana didasarkan pada tiga matra yang mewakili bumi, langit, dan manusia.

Pameran Ikebana International bertajuk Inspiring Green Through Ikebana International, 23-24 April, diselenggarakan Ikebana International Jakarta Chapter 224. Pameran ini mengusung berbagai aliran dan style Ikebana yang sudah hidup di Jepang sejak abad ke-7. Ikebana International adalah organisasi kesenian non-profit berskala global yang berpusat di Tokyo, Jepang. Pendiri organisasi ini, Ellen Gordon Allen, berhasil menarik banyak orang untuk mempelajari kebudayaan Jepang yang berabad-abad.

Kini anggotanya lebih dari 10 ribu orang yang tersebar dilebih dari 50 negara. Seni merangkai bunga ini telah menyebar ke Amerika, Eropa, Kanada, Rusia, Australia, Asia, Afrika, dan Timur Tengah.

Ikebana memiliki berbagai macam aliran yang punya cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Karya Lian Purwana yang beraliran sugetsu memanfaatkan bambu untuk merangkai bunga hijau yang tumbuh menjalar. Aliran yang hidup sejak 1927 ini berprinsip mengikuti hidup kontemporer. Karena itu, dalam rangkaian ini Lian menghadirkan aneka warna yang mencirikan dan melestarikan kebebasan berekspresi. Karya Lily Novilia yang bermazhab mihso-ryu juga menggunakan bambu berdiri sebagai tiang untuk jalinan bunga.

Ibu W Tony Surono menghadirkan Ikebana jenis ohara. Rangkaianya bunganya memiliki ciri tersendiri: rangkaian yang memakai container rendah dan permukaan air yang lebar dan rangkaian yang memakai vas tinggi dengan permukaan air yang sempit. Hasilnya adalah Ikebana yang mengekspresikan tiga dimensi ruang. Meski vasnya tinggi, dia menghasilkan rangkaian yang dinamis dan harmonis.

Gaya yang lebih modern tampak dalam Ikebana Ichiyo yang diusung Ibu AS Aulina M. Ia merangkai bunga dengan standar yang dilihat dari letak tangkai utamanya: gaya tegak, gaya condong, gaya pendek, gaya bergantung, dan gaya empat arah. Aliran tertua, Ikebana ikenobo tampak dalam karya Tati Tusin. Rangkaian bunganya berdiri dengan jarak tertentu dari tanah ke pangkal bunga. Inilah kreasi dari Jepang yang menyebar ke berbagai benua di dunia, yang pada awalnya berasal dari tradisi persembahan bunga di kuil Budha di Jepang. n ANH

1 komentar:

  1. vega kintaghea rewisa9 Desember 2012 pukul 19.19

    Apakah ada teknik lain merangkai bunga ala jepang selain ikebana?

    BalasHapus

Sponsor