Jumat, 09 September 2011

Karya-Karya dari Tiga Kota

Jumlah seniman rupa Indonesia berlimpah ruah. Yogyakarta, Bali, dan Bandung adalah produsen sekaligus laboratorium yang melahirkan seniman. Lihatlah, karya puluhan seniman dari tiga kota itu dipamerkan di Edwin’s Gallery Jakarta, 30 April-17 Mei. Mereka memamerkan karya dalam bentuk lukisan, patung, dan instalasi.

Kali ini pameran bertajuk Survey#2 adalah hasil kurasi Agung Hujatnikajennong dengan perekomendasi Aminuddin “Ucok” TH Siregar (Bandung), Farah Wardani (Yogyakarta), dan Hardiman (Bali). Seniman yang direkomendasikan ketiganya antara lain Agus “Baqul” Purnomo, Albert Yonathan Setyawan, Amrizal Sulaiman, Gede Arta, I Wayan Sedanayasa, I Nyoman Tarka, Iwan Effendi, Rudi Hermawan, Octaria, Tina Nuraziza, dan sejumlah seniman lainnya.

Pameran ini, kata Agung Hujatnikajennong, bertujuan untuk melakukan sebuah tinjuan (survei) terhadap praktik seni rupa yang sedang berlangsung. Agung mengatakan bahwa, “sepanjang dua sampai tiga tahun terakhir praktik seni rupa mengalamai gejala produktif: jumlah seniman di Indonesia meningkat, produksi karya berlipat-lipat, dan frekuensi pameran melonjak naik.”

Oleh karena itu, tidak heran jika ruang pameran dua lantai milik Edwin’s Gallery dindingnya penuh dengan pigura lukisan. Lukisan wajah karya Amrizal Sulaiman, lulusan Fakultas Teknik Mesin Universitas Pasundan Bandung, bertajuk See Saw memotret wajah orang-orang yang sudah terkenal dalam jagad politik dunia dan sastra dunia. Mereka antara lain Mao Tse Tung, Mick Jagger, Che Guevara, Aung San Suu Kyi, dan Pramoedya Ananta Toer. Mereka adalah tokoh-tokoh perlawanan yang kemudian men-jadi ikon dari semangat pantang menyerah terhadap rezim yang menindas.

Patung Taufiq Panji Wisesa, lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung, berjudul The Birdman dari fiberglass menyuguhkan tubuh laki-laki telanjang yang bersayap seperti burung. Ia berdiri di atas drum seolah hendak terbang. Taufiq berhasil membuat patung dengan lekuk dan guratan tubuh yang mendekati kenyataan.

I Nyoman Tarka, lulusan Institut Seni Indonesia Denpasar Bali, melukis tiga perempuan muda yang mengenakan baju tradisional Bali. Ketiganya berada di antara gelembung air dan kabut. Lukisan bertajuk Di Depan Misteri menyuguhkan misteri betulan. Sebab, wajah mereka tidak tampak dan aktifitas mereka yang menghadap dinding tidak memberika gambara apa sesungguhnya yang hendak mereka ekspresikan. Gede Arta, lulusan STSI Denpasar, membuat lukisan Lamunan Siang #1. Gambarnya lakilaki tua yang telanjang dada sedang duduk di atas batu. Topinya ditaruh dilutut dan kawah hitam di belakangnya menghampar. Laki-laki ini dari raut mukanya tampak sedang beristirahat dari beban kerja yang menguras energinya.

Yudha Sandy, lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta memamerkan lukisan Melankolik Medioker Berlari Sejauh Dia Mampu. Lukisannya jenaka. Seorang pemain gitar mengalungkan dua gitar sekaligus dilehernya. Jauh di belakangnya seseorang juga memainkan gitar. Satu kanvas ini penuh warna. Ada binatang sirkus dan pelatihnya, pengguting kain, dan warnawarna yang semarak. Seniman dari Yogyakarta lainnya, Teguh Hariyanta, memamerkan karyanya bertajuk Neighbor’s Grass so Green. Dua ekor kupu-kupu sedang mencari daun hijau yang bertebaran di atas kanvas.

Pameran puluhan seniman ini menunjukkan bahwa regenerasi seniman Indonesia tampaknya akan cerah. Cerak dari dari segi corak karya maupun apresiasi dari kalangan komunitas seni. n HS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sponsor