Minggu, 18 September 2011

Nusantara Berkisah

Bertempat di lantai sepuluh Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Minggu, 28 Juni 2009, pantun-pantun Nandong bergema, mengenang kembali peristiwa Smong yang menerjang Aceh.

Pantun-pantun berbentuk seloka (pantun berkait) yang dilantunkan Yoppi Andri melengking menyayat kalbu. Musik Kumendang (terdiri dari gendang dan biola) yang mengiringi Nandong tak kalah pilu dan galau, mengaduk-aduk kenangan kelam. Air laut di pantai Sanur seakan ikut bersedih mendengar kisah-kisah Nandong malam itu.

Nandong merupakan seni tradisi bertutur berasal dari Pulau Simeulue, Aceh. Nandong telah lama diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur Simeulue. Nandong banyak mengandung kearifan lokal yang telah menjadi pedoman hidup masyarakat setempat sampai saat ini.

Pertunjukan Nandong kali ini merupakan bagian dari Road Show Falara, dari Desember 2008 hingga Desember 2009. Dimulai dari Yogya, Jakarta, Bali, Bandung, dan berakhir di Aceh. Pertunjukan ini dibarengi launcing buku “Nandong” dan album “From Simeulue With Smong”. Pertunjukan ini juga memiliki misi memperkenalkan kata “Smong” yang merupakan kata asli Nusantara (berasal dari Simeulue), untuk mengganti kata “Tsunami” (berasal dari Jepang) yang terlanjur dipakai untuk menyebut bencana gelombang pasang. n WS
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Peace Teater Tanah Air

Teater Tanah Air akan mementaskan drama berjudul Peace karya Putu Wijaya di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat, Sabtu dan Minggu, 18 & 19 Juli 2009.

Drama Peace ini disutradarai oleh Jose Rizal Manua. Menurut Jose, drama Peace ini pernah dipentaskan di Moscow, Rusia dan diundang khusus oleh markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 20 November 2008. Drama Peace ini kemudian menyabet penghargaan The Best Performance pada 10 th “World Festival of Children’s Theatre.

Drama Peace menceritakan tentang anakanak Raksasa Gimbal yang sedang bermain di hutan. Mereka sangat menyayangi hewan dan tumbuhan di sana. Kehidupan hutan sangat tenang dan damai. Di hutan itu hidup dinosaurus Tirex yang sedang bertelur. Telur dinosaurus ditinggalkan ibunya menjadi incaran pemburu jahat. Anakanak raksasa gimbal merasa iba dengan si telur. Setiap hari mereka menjaga telur sambil bermain di hutan. Tiba-tiba seorang pemburu jahat datang.

Si Pemburu hendak mencuri telur untuk dijual dengan harga yang sangat mahal. Dengan menjual telur itu ia akan menjad kaya raya. Pencurian sempat digagalkan oleh anak lima benua. Anak lima benua merupakan segolongan anak pecinta lingkungan dengan semboyan yang lemah ditolong, yang bekerja keras disokong.

Namun, si pemburu dapat mengelabuhi anak lima benua. Terpaksa telur jatuh di tangan pemburu. Anak raksasa gimbal datang menyelamatkan telur. Akhirnya telur dapat diselamatkan dan menetas jadi anak dinosaurus Tirex. n RP
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Patung-Patung Pembebas

Perupa asal Yogyakarta berpameran di sebuah galeri di kota Bandung. Menurut perupa Aminudin TH Siregar, pameran tersebut digelar sebagai wujud silaturahmi. Kali ini kurator Suwarno Wisetrotomo mengantarkan pameran tunggal pematung Purjito, lulusan Institut Seni Indonesai (ISI) Yogyakarta. Patung-patung Purjito yang dipamerkan pada 3-17 Juni cukup beragam. Tapi, kata Suwarno, kecenderungan bentuk-bentuknya segera mudah dikenali: figuratif, non-representasional, dan kecenderungan realistik.

Patung Berdoa dari kayu sono keling (1989-1990) menghadirkan tubuh pipih yang bermodel relief. Ia mencitrakan dua tangan dengan menatap pada bidang datar dan bentuk wajah seperti totem. Wajah dan kedua tangan dicat berwarna keemasan. Kaki didesain dengan membelah kayu sehingga tampak dua kaki dalam formasi depan-belakang dan kiri-kanan. Meski sederhana, patung ini menunjukkan kematangan Purjito dalam menuangkan gagasannya.

Meski sudah menggelar pameran mulai 1984, sampai kini ia baru menyelenggarkan tiga kali pameran tunggal. Selebihnya pameran bersama di Yogyakarta, Jakarta, dan Jawa Tengah. Tapi, karya-karya patung, relief, dan diorama sudah menghiasai berbagai sudut kota di Indonesia sejak 1984. Pada 1985-1990, ia terlibat dengan proyek-proyek monumen pimpinan pematung senior Edi Soenarso. Karyanya di antaranya Patung ABRI Manunggal, Kodam Siliwangi Bandung, relief dan patung Khairil Anwar di Bekasi, Relief Sejarah Polisi Militer di Jakarta, dan sejumlah karya lainnya telah menenggelamkannya menjadi pematung tangguh. n HM
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Manusia dan Lingkungan

Pohon-pohon tidak berdaun di tepi danau. Warna hijau rumput di sekelilingnya, tapi kering di ujung daun. Air bergelombang di danau, tapi tak mampu membuat pohon-pohon bersemi.

Itulah ide dari lukisan Lake Solitude beru-kuran 140 x 140 cm karya Andi Mdj. Karya ini adalah salah satu dari sejumlah lukisan yang dipamerkan oleh seniman lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI) Bandung di Galeri Esp Art CCF Bandung awal Juni lalu.

Andi tidak sekadar menggambarkan alam indah yang sering diagungkan oleh mazhab romantik, tapi menyusun gambar demi gambar dengan pesan tertentu. Lewat pameran tunggal bertajuk Manusia-Lingkungan, ia menyuarakan perspektifnya terhadap alam yang semakin terancam oleh nafsu komodifikasi manusia.

Menurut kurator pameran Eddy Hermanto, lukisan-lukisan Andi menyodorkan tanda dan makna dalam gamitan konfigurasi yang memiliki kebebasan. Beberapa makna dan tanda yang digubah dalam bidang gambar membawa makna yang berkorelasi maupun terpisah sama sekali.

Contoh karya yang semakna dengan karyakarya di atas adalah Filosofi Pohon. Sebuah pohon besar berdiri gagah di tengah-tengah pohon-pohon kecil. Dari kejauhan gambar ini tampak seperti tiga dimensi. Tapi, semua ranting pohon itu tak satupun berdaun. Andi menunjukkan bahwa pohon-pohon ini hanya menunggu waktu untuk ditebang dan dimasukkan truk untuk berubah nasib dari benda hidup menuju benda mati. n Hm
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Foto dari Sumba

Dua fotografer dari dua negara berbeda sama-sama memotret Sumba. Mereka adalah I Wayan Gede Ari Antoni dari Bali (Indonesia) dan André Graff dari Perancis. Pada mulanya mereka hadir di Sumba dengan tujuan berbeda. Antoni yang merupakan mahasiswa Antropologi tingkat akhir menetap di Sumba Timur selama tiga bulan untuk suatu penelitian kebudayaan. Sedangkan Graff bermukim di Sumba Barat, tepatnya di Suku Lamboya untuk membantu masyarakat setempat dalam pengadaan air bersih.

Graff adalah seorang mantan pilot balon udara. Namun dia juga adalah peternak lebah, petani, militan, ahli lingkungan hidup. Sejak tahun 2004 telah aktif dalam pengadaan air bersih di Waru Wora, Napu Bawa dan Napu Atas. Sejak di Sumba, Graff telah banyak berhadapan dengan tahayul-tahayul keagamaan, perang antar suku, dan ketidakpedulian pemerintah Indonesia terhadap kekurangan gizi dan penyakit endemis di Sumba. Graff telah menyediakan 12 sumur air bersih bagi Sumba dan Sawu dalam waktu 3 tahun. Sumur yang ke-13 baru saja diselesaikannya tanggal 8 Juni lalu.

Foto-foto yang ditampilkan Graff dipilih dari kumpulan 25.000 foto yang merupakan “bahan penyadaran kolektif” bagi siapa saja yang masih memiliki rasa kepedulian untuk kemanusiaan.

Tidak jauh berbeda dengan Graff, Antoni juga menampilkan foto-foto yang dipilih dari ribuan foto yang sarat dengan realitas kehidupan di Sumba. Foto-foto mereka mewartakan kehidupan dan kematian, berkaitan dengan realitas di Sumba, masalah sanitasi pulau yang selalu dramatis, serangan malaria, kemiskinan, minimnya sarana dan prasarana. n WS
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Alam dan Kehidupan Maman PS

Pameran tunggal keempat Maman PS, ‘Alam dan Kehidupan II’, sekaligus meneguhkan jatidirinya di dunia seni lukis. Pelukis kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 2 Juni 1952, ini mengawali kesenimannya sebagai pelukis potret hitam-putih dengan menggunakan arang dan pensil pada tahun 1973. Selama 15 tahun, Maman melakoni profesi sebagai pelukis poster bioskop dan hidup berpindah-pindah dari Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada 1988 dia merasa mencari pengalaman seni dan memilih menetap di Ubud, Bali.

Dalam pameran tunggal di Galeri Surabaya, Jalan Gubernur Suryo 15 Surabaya pada 24-30 Juni ini, dia lebih banyak memilih melukis objek landscape dan figur manusia. Diakui Maman, hal itu karena dirinya tak pernah lepas dengan ikatan batin tanah kelahirannya, Klaten.

Meski di sana dia hanya numpang lahir karena memang lebih banyak berkelana ke berbagai kota namun dia mengaku dekat dan akrab sekali dengan alam pegunungan Merapi Merbabu yang berselimut awan, hamparan sawah yang menghijau, serta pepohonan yang melambai-lambai di tanah leluhurnya itu. Maman memang sosok pelukis yang dibesarkan oleh alam dan pengalamannya sendiri.

Pengalaman masa kecil di pedesaan serta pengalamannya berkelana di berbagai kota besar menjadi pijakan dan modal utama dalam berkreativitas. Lewat karya-karyanya, dia mengajak semua orang untuk mencintai kedamaian dan kehidupan yang beraneka rupa. n HS
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Pameran “Nobonisme”

Perupa Nobon menggelar pameran tunggal lukisan bertajuk: “Nobonisme” di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung 4-14 Juli 2009. Ada sembilan belas lukisan karya Nobon yang dipamerkan di pameran tunggal yang dikuratori Herry Dim ini.

Nobon yang lahir di Jakarta, 12 Maret 1958 ini mulai aktif di dunia seni di Sanggar Garajas, Bulungan, Jakarta Selatan mulai 1975. Sketsanya sering dimuat di Sinar Harapan, Majalah gadis dan Suara Pembaruan pada era tahun 1980-1984.

Dalam pengantar kuratornya, Herry Dim mengatakan bahwa karya-karya Nobon cenderung mandiri. Secara teoritik, kata Herry Dim, kecenderungan ini biasanya hanya muncul pada orang atau seniman yang dikategorikan sebagai penemu, genius. “Ada saatnya bagi kita untuk berani mengatakan bahwa salah seorang dari seniman kita adlah genius,” kata Herry Dim.

Budayawan radhar Panca Dahana dalam pengantar pameran Nobon mengungkapkan, Nobon tidak dikenal sebagai analis atau pemikir masalah-masalah social dan politik. Namun, keprihatinannya yang sangat dalam mengenai isu-isu di seputar dunia itu, sejak ia muda, memperlihatkan bagaimana putaran-putaran jiwanya – sebagaimana kurva garis-garis yang mengalun dan menciptakan irama di atas kanvas – membuat penglihatan batin kita terasa sesak. n AZ
BACA SELENGKAPNYA, KLIK INI

Sponsor